Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pengelolaan DAS biasanya ditujukan kepada pengelolaan dua unsurnya yang dianggap penting, yaitu sumberdaya tanah dan sumberdaya air. Unsur-unsur lain seperti; iklim, vegetasi, dan manusia diperlakukan sebagai faktor-faktor dalam pengelolaan. DAS dapat dibagi menjadi dua satuan pengelolaan yakni satuan pengelolaan DAS hulu mencakup seluruh daerah tadahan atau daerah kepala sungai, dan satuan pengelolaan DAS hilir mencakup seluruh daerah penyaluran air atau daerah bawahan. Pengolahan DAS hulu ditujukan untuk mencapai hal-hal berikut;
1). Mengendalikan aliran permukaan lebih yang merusak sebagai usaha pengendalian banjir.
2). Memperlancar infiltrasi air ke dalam tanah,
3). Mengusahakan pemanfaatan aliran permukaan untuk maksud-maksud yang berguna bagi kesejahteraan manusia,
4). Mengusahakan semua sumberdaya air dan tanah untuk memaksimumkan produksi,
Perlakuan terhadap DAS hulu merupakan bagian terpenting dari keseluruhan pengelolaan DAS karena hal itu akan menentukan manfaat-manfaat besar yang dapat diperoleh atau peluang yang terbuka dalam pengelolaan DAS hilir. Pada prinsipnya DAS hulu perlu dikelola dengan penekanan utama sebagai fungsi konservasi.
Tujuan pengelolaan DAS hilir dapat diringkas sebagai berikut;
1). Mencegah atau mengendalikan banjir dan sedimentasi, sehingga tidak merusak atau menurunkan kemampuan lahan.
2). Meningkatkan daya guna air dari sumber-sumber air tersedia.
3). Memperbaiki pengaturan lahan untuk meningkatkan kemampuan lahan.
Perlakuan terhadap daerah hilir akan menentukan seberapa besar manfaat yang secara potensial dapat diperoleh dari pengelolaan daerah hulu akan benar-benar terwujud. Dengan kata lain, pengelolaan daerah hilir bertujuan meningkatkan daerah tanggapnya terhadap dampak pengelolaan DAS hulu. Pengelolaan DAS hilir dengan demikian mempunyai peranan melipatgandakan pengaruh perbaikan yang telah dicapai di DAS hulu. Menurut pandangan ekologis, maka daerah hulu dikelola sebagai daerah penyumbang, atau juga disebut sebagai lingkungan pengendali (conditioning environment) dan daerah hilir sebagai daerah penerima (acceptor) atau lingkungan konsumen.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, model matematik yang mewakili suatu sistem selalu meliliki unsur-unsur sebagai berikut (Mize and Cox, 1968):
1. Komponen
Komponen yaitu segala sesuatu yang nampak didalam sistem yang ditentukan secara bebas. Secara kolektif komponen-komponen sistem akan menentukan besarnya output sistem, komponen sistem disebut juga perubah sistem.
2. Perubah Input
Perubah input yaitu perubah yang nilainya tidak ditentukan oleh hasil interaksi antara komponen-komponen sistem, tetapi akan mempengaruhi keadaan sistem. Perubah input disebut juga perubah penentu dan selalu merupakan perubah eksternal. Biasanya bertindak sebagai perubah bebas yang tidak dapat dikontrol, tetapi kadang-kadang juga dapat dikontrol, misalnya curah hujan, penyinaran matahari, erlakuan yang diberikan manusia (pupuk, insektisida, penggunaan lahan dan sebagainya).
3. Parameter
Parameter yaitu atribut sistem yang tidak berubah selama simulasi dilakukan. Perubahan hanya terjadi jika dihendaki oleh peneliti. Parameter juga merupakan konstante hubungan fungsi.
4. Bentuk Hubungan
Hubungan dalam suatu sistem tidak lain adalah hubungan antara komponen-komponen, perubah-perubah dan parameter yang mengontrol keadaan sistem. Bentuk dapat berupa hubungan struktural, fungsional atau sekuensial.
Dalam hubungan struktural, setiap komponen dan atributnya dipisahkan dalam jarak menurut strukturmya. Hubungan fungsional menggambarkan tingkah laku suatu komponen sebagai fungsi keadaan kompoinen secara keseluruhan dan perubah-perubahnya. Sedang dalam hubungan sekuensial keadaan sistem dinyatakan sebagai kejadian yang ditentukan waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar